Catatan Perjalanan (9): Challange Ibadah Kota Makkah

Makkah adalah tempat di atas muka bumi yang “diberkahi” dan memiliki banyak keistimewaan; sebagai “kota suci”, tempat yang mustajab untuk berdoa, tempat dilipat gandakan pahala, dan sebagainya.

Shalat di kota Mekkah, terlebih di Masjid Haram memiliki derajat nilai pahala yang sangat tinggi, sebanding dengan seratus ribu shalat di tempat lain. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam:

صَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ

Artinya:

Satu shalat di Masjidil Haram, lebih utama dibandingkan seratus ribu shalat di tempat lainnya“. (HR Ahmad, Ibnu Majah).

Maka tidak mengherankan jika banyak orang yang berlomba-lomba rela menempuh jalan terjal dan berliku, untuk dapat mengunjungi dan beribadah di Kota Makkah, khususnya Baitullah.

Dalam hadist lainnya, Rasulullah Muhammad  Shallallahu alaihi wasallam  menegaskan:

لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِي هَذَا وَمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى

Artinya; 

Janganlah kalian bersusah payah melakukan perjalanan jauh, kecuali ke tiga Masjid. Yaitu Masjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah), Masjidil Haram (di Makkah) dan Masjid Al Aqsa (di Yerusalem).” ( HR Muslim )

Beberapa teman Jamaah Umroh “berkomentar” bahwa “wajar” kalau imbalan pahalanya besar; karena memang “godaan” dan “perjuangan” untuk “ikhlas” dan istiqomah sholat di Masjid Harom Makkah dirasa lebih “berat”. Suasana dan “hiruk pikuk” godaan kekhusyukan di Masjid Harom juga “berbeda”.

Betulkah?

Dalam Surah Al-Balad, surah ke 90 dalam al-Qur’an, Allah Swt “bersumpah” dengan al-Balad (Makkah).

Penggunaan huruf qosam (sumpah) dalam al-Qur’an menurut para ulama Ahli Tafsir, antara lain dimaksudkan sebagai penekanan tentang pentingnya substansi kandungan ayat atau surat tertentu.

Pada ayat ke-11 surah Al-Balad, Allah Swt (seakan) “menantang” kita untuk memilih jalan terjal berliku, jalan mendaki dan sukar:

فَلَا ٱقْتَحَمَ ٱلْعَقَبَةَ

Ada Mufassir yang memaknai ayat ini dengan: «فلا» فهلا «اقتحم العقبة» جاوزها. — Maka kenapa ia tidak (menempuh) jalan yang sulit ?).

Pada Ayat selanjutnya (ayat 13-16) Surah Al-Balad dijelaskan bahwa jalan sulit mendaki itu adalah:

فَكُّ رَقَبَةٍ ۙ‏ (١٣) اَوۡ اِطۡعٰمٌ فِىۡ يَوۡمٍ ذِىۡ مَسۡغَبَةٍ ۙ‏ (١٤) يَّتِيۡمًا ذَا مَقۡرَبَةٍ ۙ‏ (١٥) اَوۡ مِسۡكِيۡنًا ذَا مَتۡرَبَةٍ ؕ‏ ئ(١٦)

Tantangan (challange) jalan sulit yang dimaksud dalam Surah al-Balad (Makkah), adalah:

  • memerdekakan hamba sahaya—makna kekinian (barangkali) dapat ditafsirkan dengan membebaskan kesulitan orang lain;
  • memberi makan (berbagi) dikala–kita sendiri sedang kekurangan;
  • menyantuni anak yatim “keluarga dekat”, dan;
  • menyantuni orang miskin (yang betul-betul miskin).

Keempat tantangan (challange) tersebut tentu tidak mudah dan berat; akan ada banyak kendala dan rintangan; Bukan hanya rintangan dari luar (eksternal), tapi juga boleh jadi kendala kuat itu berasal dari dalam diri sendiri (internal).

Al-Quran memberi solusi, jika rintangan itu begitu kuat menghadang,  tugas orang beriman adalah “bergandengan tangan”, saling menguatkan, saling menasihati dalam kesabaran dan kasih sayang:

ثُمَّ كَانَ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْمَرْحَمَةِ

(QS : al-Balad ayat 17)

Wallahu’alam

Masjid Haram, Sabtu, 25 Syawwal 1445 H, 04 Mei 2024 M

KH. Tatang Astarudin, Pimpinan Pondok Pesantren Mahasiswa Universal Kota Bandung

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.