|

Menyalakan Lentera Harapan di Tengah Gelap: Tetap Bekerja, Tetap Berjuang, Tetap Beriman

Dalam riuh gelombang kecemasan yang melanda negeri ini, di antara desah kegelisahan yang tertuang dalam tagar “Indonesia Gelap” dan “Kabur Aja Dulu”, kita dihadapkan pada sebuah renungan besar: bagaimana kita harus bersikap dalam menghadapi zaman yang semakin tak menentu?

Kita tak bisa menutup mata bahwa ada yang merasa harapan mulai meredup. Bahwa realitas ekonomi, sosial, dan keadilan tak selalu berpihak pada yang lemah. Janji-janji yang pernah dilantunkan begitu manis, kini seakan menguap, berganti dengan gelombang PHK, peluang yang semakin sempit, dan ketidakpastian yang menganga. Dalam situasi seperti ini, sebagian memilih untuk pasrah, sebagian yang lain berpikir untuk “kabur”.

Namun, haruskah kita menyerah pada gelap? Haruskah kita meninggalkan ladang perjuangan hanya karena badai datang?

Tidak. Justru dalam gelap kita harus menjadi cahaya. Dalam kesulitan, kita harus tetap bertahan, menghidupkan harapan, dan berpegang pada janji-Nya:

“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6)

Di tengah badai, tugas kita bukanlah meratap, melainkan menyalakan lentera-lentera harapan. Seperti nasihat Rasulullah, “Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Mohon pertolonganlah kepada Allah. Janganlah engkau lemah!” (HR. Muslim)

Bekerja dan berjuang mencari penghidupan adalah bagian dari ibadah. Setiap langkah kita dalam mencari nafkah, jika dilakukan dengan ikhlas dan adab yang benar, bukan hanya menggerakkan roda dunia tetapi juga menjadi jembatan menuju keberkahan akhirat. Inilah esensi dari adab kasab wa al-mi’asy—adab dalam bekerja dan mencari penghidupan, sebagaimana diajarkan oleh para ulama, dari Imam al-Ghazali hingga Syaikh Jamaluddin al-Qasimi ad-Dimasyqi.

Bukan Soal “Kerja Tetap”, Tapi “Tetap Bekerja”

Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, penting bagi kita untuk memahami bahwa bekerja bukan hanya tentang mendapatkan gaji atau jabatan tetap, tetapi tentang tetap bekerja—tetap berusaha, tetap bergerak, tetap berkontribusi. Karena hidup bukan tentang apa yang kita miliki, tapi tentang apa yang kita lakukan dengan apa yang kita miliki.

Ibnul Qayyim pernah berkata: “Fokuslah pada apa yang Allah perintahkan kepadamu, bukan pada rezeki yang telah dijamin untukmu. Karena ajal dan rezeki sudah ditetapkan. Jika satu pintu rezeki tertutup, Allah akan membuka pintu lain yang lebih baik.”

Jangan pernah meragukan rezeki yang telah dijamin oleh Allah. Sebab, seperti yang ditegaskan dalam Al-Qur’an: “Tidak satu pun makhluk bergerak di bumi ini melainkan telah dijamin rezekinya oleh Allah.” (QS. Hud: 6)

Maka, bekerjalah dengan adab. Bukan sekadar mengejar materi, tetapi juga menjemput keberkahan. Bukan sekadar mencari penghidupan, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai kebaikan.

Menyalakan Lentera Harapan

Kepada anak-anakku, para santri Pesantren Universal Al-Islamy Bandung, dan semua jiwa-jiwa muda yang tengah menatap masa depan dengan gundah, ketahuilah bahwa setiap zaman memiliki tantangannya, tetapi setiap zaman juga melahirkan pejuangnya.

Jangan biarkan pesimisme merampas semangatmu. Jangan biarkan kegelapan menutup langkahmu. Jika malam tampak pekat, itu hanya karena fajar sedang bersiap untuk terbit. Teruslah belajar, teruslah bekerja, teruslah berbuat baik.

“Jangan risaukan rezekimu hari ini, karena dia mencarimu lebih dari pencarianmu atasnya.” (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)

Yakinlah, selama kita tetap berjalan dalam kejujuran dan kerja keras, rezeki, keberkahan, dan kemudahan akan datang pada waktunya. Karena janji Allah tidak pernah meleset.

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ وَإِلَيْكَ الْمُشْتَكَى وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ

Ya Allah, segala puji bagi-Mu. Hanya kepada-Mu kami mengadu. Engkaulah satu-satunya tempat kami memohon pertolongan. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Mu, Wahai Yang Maha Agung.

KH Tatang Astarudin, pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Universal Kota Bandung dan Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.