ramadhan punya cerita

Ramadhan Punya Cerita

Puasa di bulan suci Ramadhan merupakan momentum istimewa untuk mengembangkan kesadaran hati sebagai kesadaran tertinggi untuk membentuk jiwa yang lebih indah. Caranya tentu saja harus menjadikan puasa sebagai instrumen reformasi spiritual atau pendakian spiritual.

Secara epistemologis keagamaan, pendakian spiritual dalam prosesi ibadah puasa ini dapat dicapai melalui tiga tahapan, sebagaimana yang dijelaskan Al-Ghazali, beliau menjelaskan tiga tahapan ibadah puasa sebagai proses pendakian spiritual, yaitu: Pertama, puasa orang awam, yaitu puasa yang sekadar menahan rasa haus, lapar saja, artinya memehami arti puasa secara sempit. Kedua, puasa orang khusus, yang bukan sekadar menahan rasa haus dan lapar saja, tetapi juga mampu menahan inderanya dari perbuatan dosa, dan telah mampu memahami puasa lebih luas. Ketiga, puasa orang super khusus (khawas al-khawas), selain sanggup menahan hal-hal seperti puasa awam dan khusus, ditambah juga dengan memuasakan hati nurani.
Yang dimaksud dengan puasa hati nurani atau puasa batiniah adalah puasa yang dapat mengendalikan pemikiran, hati dan imajinasi dari segala hal yang menjauhkan kita dari Pendekatan kepada Allah swt, dan inilah puncak tertinggi dari pendakian spiritual untuk mencapai kesadaran tertinggi.

Dalam konteks inilah, kemudian puasa yang benar-benar sejati, yaitu puasa hati nurani, yang kemudian hal tersebut menjadi instrumen penting bagi peroses mensucikan hati kita. Maka, melalui ramadhan inilah proses mensucikan hati ini bias kita lakuka. Oleh karena itu, tidak berlebihan, apa yang dikatakan kata Al-Rumi, bahwa mata hati punya kemampuan 70 kali lebih besar dalam melihat kebenaran daripada indera penglihatan,

Inilah kemudian pentingnya dalam setiap ramadhan harus memeiliki cerita tersendiri untuk meningkatkan kualitas diri kita untuk pendekatan kepada Allah swt, tentunya melalui proses pembenahan terhadap hati nurani. Dari ramadhan ke ramadhan tentunya harus memiliki cerita yang lebih indah, jika puasa kita kemarin hanya mencapai tingkatan puasa awam, sebisa mungkin kemudian kita berusaha membuat cetita puasa tahun ini menjadi puasa khusus, atau lebih tinggi lagi mengukir cerita puasa kita menjadi puasa khusus yang super (khawas al-khawas).

Manusia Sebagai makhluk jasmaniah dan ruhaniah, memiliki potensi dalam dirinya, baik yang berhubungan dengan dunia material maupun dunia spiritual. Selain mampu menangkap hukum-hukum alam di balik gejala fisik yang diamatinya, manusia juga dapat menyadap isyarat-isyarat gaib dari alam yang lebih luas lagi. Bila salah satu potensi dikembangkan, sementara lainnya dimatikan atau dibiarkan hidup seadanya, maka dimungkinkan manusia hidup dalam ketidakseimbangan, bahkan menoton dan mengalami kehampaan, dan inilah potensi yang harus dikembangkan untuk meningkatkan cerita puasa kita menjadi lebih indah dan lebih tinggi derajatnya.

Ketika kualitas puasa kita meningkat, maka distulah kita akan benar-benar menemukan hikmah puasa yang besar, semakin tinggi kualitas dan tingkatan puasa yang kita jalani, maka semakin besar puala dampak dan hikmah yang akan kita temukan dari puasa kita. Banyak para pakar dari berbagai ahli yang kemudian menemukan hikmah dan manfaat dari puasa. Maka, tidajk heran jika rasullah menjelaskan kepada kita akan hikmah-hikmah dari berpuasa yang benar-benar berkualitas, sebagaimana diterangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 183, adalah untuk membina kualitas ketaqwaan orang yang puasa. Imam al-Maraghi dalam tafsirnya menyatakan bahwa diantara hikmah puasa adalah:

  • Puasa itu mendidik manusia untuk senantiasa menyadari eksistensi Tuhannya dalam segala aktifitasnya, baik dalam keadaan sendiri ataupun di tengah-tengah orang banyak. Seperti dapat diketahui, bahwa orang yang puasa itu pada hakikatnya adalah hanya dalam pengawasan Tuhan, bukan sesama manusia. Misalnya ketika dihadapkan pada makanan di siang hari, walaupun tidak ada yang melihat akan merasa takut untuk makan atau minum karena merasa diawasi oleh Tuhan.
  • Mengurangi ketajaman nafsu seksual dan sekaligus dapat menuntun seksualitas itu sesuai dengan aturan syara’
  • Puasa dapat mendidik kebiasaan kasih sayang kepada yang lemah. Kasih sayang itu sendiri yang dapat mendorong seseorang untuk menyisihkan sebagian hartanya untuk memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan, baik berupa zakat ataupun shadaqoh. Ketika merasakan penderitaan lapar dan dahaga karena puasa, akan segera menyadari penderitaan orang-orang fakir dan miskin, dalam masalah yang sama, yang berkepanjangan;
  • Dalam ibadah puasa terkandung kesamaan derajat kemanusiaan, antara yang kaya dengan yang miskin, antara pemimpin dengan rakyat dalam melaksanakan kewajiban keagamaan yang sama;
  • Puasa juga dapat membina kebiasaan berdisiplin dalam kehidupan, hal itu dapat terlihat bahwa mereka berbuka pada waktu yang telah ditentukan.

Maka, sungguh sayang jika puasa yang sebantar lagi kan kita masuki tidak kita gunakan untuk mengukir cerita-cerita indah peningkatan kualitas puasa kita, karena mungkin bagi kita Puasa tahun ini adalah puasa yang terakhir yang bias kita jalankan, kaena tidak ada jaminan tahun depan kita bias berjumpa lagi dengan bulan yang penuh berkah ini, maka, apa yang harus kita tunggu untuk memperindah cerita di bulan suci ini, tentunya dengan peningkatan kualitas puasa kita.

*) Penulis : Ahmad Agus Surya Winata, S.Kom.I, Dewan Asatidz Pondok Pesantren Mahasiswa Universal / Mahasiswa Program S2 Jurusan Ilmu Dakwah Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Similar Posts