Meckominfod dan Kodam Adakan Seminar Teraphy Public Speaking Serta Teori Kepenulisan
PPMU Bandung,- Minggu, 09 Oktober 2016 telah diadakan seminar Teraphy Public Speaking dan Teori Kepenulisan dengan tema “Menumbuhkan Semangat Percaya Diri Serta Membangkitkan Jiwa Kreasi” yang dipelopori oleh Media Center Komunikasi & Informasi Dakwah (Meckominfod) dan Komunitas Dai Daiah Mahad Universal (KODAM) yang masih dibawah naungan Meckominfod. Seperti biasa acara ini dilaksanakan di Majelis utama Mahad Universal. Seminar yang dimulai pada pukul 09.00 sampai 15.00 ini nyatanya telah memberi banyak inspirasi dan manfaat bagi para santri yang mengikuti. Terlebih lagi bagi mereka yang ingin sekali bisa mahir dalam berbicara atau pun berdakwah di depan umum dan mahir dalam berkreasi khususnya dalam kreasi karya tulis. Seminar tersebut diisi oleh 2 pemateri asal HBB Community yaitu Riyan Apriyanto dan Didik Eli Agus Landik.
Untuk pertama kalinya bang Riyan Apriyanto selaku motivator muda Indonesia juga Bang Didik Eli Agus Landik selaku Ketua Forum Penulis Nusantara (Fornusa) bisa mengisi di Mahad Universal yang didatangkan langsung oleh Meckominfod dan Kodam. Memang pihak HBB Community yang langsung di bawah naungan Pesantren Peradaban memiliki hubungan yang baik dengan Pondok Pesantren Mahasiswa Universal. Jaraknya pun terbilang cukup dekat, karena Pesantren Peradaban terletak di Jalan Manisi dan Mahad Universal terletak di Jalan Desa Cipadung yang masih sekitaran UIN dan Kecamatan Cibiru.
Pada prosesnya, Bang Riyan yang kebagian mengisi di pagi hari membawa materi Public Speaking dengan penuh semangat dibarengi dengan terapi atau latihan sederhana namun penuh manfaat dan berdampak sekali kepada para santri. karena aura semangat yang dibawakan oleh Bang Riyan menjadi pemicu naiknya motivasi serta latihannya menjadi pemicu untuk terus bisa percaya diri. Bang Riyan membawakan sedikit materi tapi lebih kepada praktek, karena Public Speaking memang harus langsung di praktekan daripada di motivasi yang nantinya akan surut kembali. Kala itu, perwakilan santri yang maju ke depan bersedia untuk menjadi korban kesukseksan. Mereka disuruh untuk berbicara apa adanya dan langsung diterapi saat itu juga. Dampaknya kelihatan ketika sebelum dan sesudah beres terapi. Ketika sebelumnya berbicara dengan gugup dan terbata-bata, ketika beres terapi jadi lancar tanpa gugup sedikitpun. Sungguh ilmu yang bermanfaat.
Siang harinya dilanjut dengan materi Teori Kepenulisan yang dibawakan langsung oleh ketua Fornusa, Bang Didik Eli Agus Landik. Pembawaan dari beliau yang santai dan semangat serta penuh motivasi menjadikan aura tersendiri bagi para santri. Memang, yang di permasalahkan dari Mahasiswa saat ini adalah kurangnya minat terhadap menulis, Bang Didik menuturkan, menulis itu sangatlah penting untuk kedepannya, karena menulis merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat . Bisa melatih otak kanan dan otak kiri sekaligus. Bakat menulis sejatinya dimiliki oleh setiap orang, namun keinginan yang kurang serta motivasi yang surut menjadikan bakat itu tidak muncul. Hanya orang-orang kreatif yang bisa menunculkan bakat tersebut. Orang-orang berjiwa kreasi kenyataannya hanya sedikit, kalau dibuat perbandingan, bisa sampai 1 perbanding 10. Walaupun demikian, hal itu bukanlah menjadi hambatan untuk bisa menjadi penulis. Karena hal paling dasar menjadi penulis yang sudah menghasilkan karya adalah memunculkan keinginan dan motivasi yang besar.
Untuk itu, tumbuhkanlah keinginan dan pertahankan motivasi. Jika ingin melihat dunia, maka membacalah. Dan jika ingin dilihat dunia, maka menulislah. Sang Sastrawan Besar Indonesia, Pramodya Ananta Toer mengatakan bahwa “Kalian boleh pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis, kalian akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah. Karena menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Selain teori yang dipaparkan oleh pemateri, juga diadakan praktek menulis yang langsung diberikan tema oleh Bang Riyan, kala itu temanya adalah “Aku dan Masa Kecilku”, seluruh santri yang hadir diharuskan menulis dengan tema tersebut dengan waktu 10 menit. Ketika selesai, Bang Didik mempersilahkan kepada santri yang ingin dibaca tulisannya, ada beberapa santri yang mengajukan tapi hanya sedikit yang dipilih untuk dibacakan. Ketika dibacakan, beragam kreasi tulisan mulai dari jenis biografi, deskripsi, narasi bahkan yang berjenis sastra juga ada. Bang Didik terkesan dengan tulisan-tulisan tersebut, hal itu menandakan bahwa setiap orang khususnya santri Mahad Universal memiliki bakat untuk menulis. Hanya harus ditingkatkan kembali keinginan dan motivasinya untuk menjadi penulis.
Seminar ini selesai tepat pada pukul 15.00 dan acara dilanjutkan dengan pemberian piagam penghargaan dan foto bersama para santri dengan pemateri. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para panitia yang terlibat pada seminar tersebut, karena tanpa kalian, seminar yang melibatkan kurang lebih 90 peserta santri ini tidak akan terlaksana. Khususnya para panitia dari Komunitas Dai Daiah Mahad Universal (Kodam) yang siap disibukkan dan bersedia meluangkan waktunya untuk melandingkan seminar ini. Serta para santri yang mengisi kehadiran pada seminar ini, karena kesuksesan yang sesungguhnya adalah terdapat pada para santri yang hadir dalam seminar tersebut. Untuk itu, seminar ini diakan secara cuma-cuma alias gratis dan menyediakan sertifikat bagi peserta yang ingin membuat dengan membayar biaya hanya Rp. 5000,- Rupiah. Akibatnya, antusias dari para santri sungguh luar biasa, hal itu dilihat dari banyaknya yang ingin membuat sertifikat Seminar Teraphy Public Speaking dan Teori Kepenulisan. (Mec/Nurdin Akbar)